Minggu, 30 September 2007

Cerita #2

Ini adalah cerita dengan menggunakan tokoh-tokoh dari “The Brethren Court” sebagai pemeran utamanya dengan selingan anchor-anchor sebagai pemanis. Cerita ini adalah fiksi belaka, dan dengan begitu tidak bisa dikaitkan dengan kenyataan. Kepada anchor-anchor yang bersangkutan, apabila kurang berkenan di hati, penulis mohon maaf.
===============================================

THE BRETHREN COURT
BUKA PUASA BERSAMA

Mje memasuki ruangan di Pizza Hut ini dengan santai. Ia lalu memesan meja untuk 6 orang. Waitress tampak agak heran, karena bagaimanapun juga, Mje datang seorang diri, dan baru bergerak ketika Mje mengatakan bahwa teman-temannya akan segera datang. Setelah mendapatkan meja, Mje tidak tergesa-gesa untuk memesan, karena selain teman-temanya juga belum datang, ini masihlah jam 04.44 sore, waktu berbuka masih lama tentunya.

Sore ini, rencananya The Brethren Court menggelar buka puasa bersama, tapi tentu saja tidak seluruh anggota The Brethren Court yang ikut, karena jumlah total anggotanya adalah 15 orang. Sesuai kesepakatan, maka buka puasa sekaligus gathering sore hari ini akan diikuti oleh Mje sendiri, Maman198, Charlie368, Fixmanius, Janissary, dan Threadkeeper Andrade_Silva. Kebetulan tempat kerja Mje paling dekat dengan tempat ini sehingga ia bisa tiba paling cepat dan (konsekuensinya) harus memesan tempat. Mje adalah satu-satunya anggota wanita di The Brethren Court saat ini, yang membuat dirinya (menurut Andrade) berhak mendapatkan perlakuan khusus. Oh yah, perlakuan khusus apaan, dari dulu foto yang di-upload di Thread selalu saja foto cewek. Mana fotonya Ralph Tampubolon??

“Sorry, Mje, dah lama yah, nunggunya?” kata Maman198 yang datang kemudian.
“Nyantai aja lagi, Man, orang ini juga aku barusan dateng,” kata Mje sambil tersenyum manis, “lho, yang lainnya ke mana?”
“Nggak tahu ya, Mje, aku kan baru dateng,” kata Maman198.

Maman198 lalu mengeluarkan sebuah laptop dan memasang modem portabel.

“Walah, Man, sempet-sempetnya sih, jij ol?” tanya Mje, “waroom??”
“Yah, sambil nungguin, Mje,” kata Maman198, “siapa tahu ada yang baru di Forum,”
“Yang baru apaan?? Orang ini dedengkot Forumnya aja pada mau ke sini semua,” kata Mje sambil tertawa.

Fixmanius dan Charlie368 datang kemudian, dan langsung saja bergabung dengan Mje dan Maman198 yang sudah terlebih dahulu duduk.

“Sorry, Mpok Mje, jalanan macet,” kata Charlie368, “tambah lagi si Fix ini mandinya kayak tuan putri,”
“Eh, siapa, ya??” protes Fixmanius.
“Hei…sudah das is OK!” kata Mje dengan logat Belandanya yang khas, “trus, Andrade ama Janissary mana?”
“Nggak tahu, Mje, kita dari tadi coba ngubungin nggak bisa-bisa,” kata Fixmanius.
“Kena macet kali?” kata Maman198.
“Ya udah, kita tunggu sebentar lagi aja,…apa mau pada pesen dulu?” tanya Mje.
“Pesen dulu juga makannya ntar pas buka,” kata Maman198, “nanti Pizza-nya nggak anget, dong, ntar aja J-15 menit aja,”
“Oke, oke, whatever,” kata Mje.

Pada saat itulah seseorang datang dan duduk di meja seberang mereka. Anggota The Brethren Court tampak amat sibuk dengan cengkerama mereka masing-masing, sehingga tidak memperhatikan kedatangan orang ini. Juga ketika teman-teman dari orang ini mulai berdatangan.

“Kayaknya Bos Silva udah nyampe deh, ini lagi jalan ke mari, katanya,” kata Maman198 selepas memeriksa HP-nya.
“Ya udah yuk, kita pesen aja,” kata Mje.
“Bos Silva tadi nitip, minta dipesenin Milk Shake Coklat, trus Janissary Cappucino; juga Garlicheese ama Spaghetti Ayam Oriental,” kata Maman198.
“Ya udah itu aja didobelin,” kata Charlie368, “cukup kali, buat semua,”
“Pizza-nya apa?” tanya Mje.
“Terserah, katanya,” kata Maman198.
“Anu aja, gimana kalau Chicken Fiesta ukuran Gede yang ada Cheesebite plus Mayonaise Cream Mayo?” kata Fixmanius.
“Nah, itu dia! Gue setuju!” kata Charlie368.
“Yo’i!” kata Mje, “aku minumnya Avocado Float, yah,”
“Cola Float!” kata Maman198.
“Coffee Frappe!” kata Fixmanius.
“Lemon Tea!” tambah Charlie368.
“Plus air mineral 6 botol,” kata Mje kepada waitress sambil tersenyum.

Andrade_Silva dan Janissary baru datang setelah mereka selesai memesan makanan.
“Waduh, Guys! Sorry, nih,” kata Andrade, “kelamaan, yah?”
“Nggak lama-lama juga sih, Ndre,” kata Mje, “belum bedug juga; oh ya, pesanan jij berdua udah ik pesenin,”
“Wah, Dank Je, ya, Mje,” kata Andrade_Silva.
“Weleh, nungguin buka puasa enaknya kita ngapain, nih?” tanya Janissary.
“Cari-cari cewek cakep, gimana?” usul Charlie368.
“Nah! Itu aku setuju!” kata Maman198.
“Aduh, Guys! Please dong, ah! Dasar ya, jij semua itu cowok-cowok,” kata Mje, “gak liat pa ya, ada cewek manis, di sini!”
“Huuu!!!” kata Maman198, Fixmanius, Janissary, dan Charlie368 bersamaan.
“Waduh, si Bos udah mulai matanya ke mana-mana, nih!” kata Maman198 melihat Andrade_Silva yang tampaknya pandangan matanya tengah terpaku ke satu tujuan.
“Waduh, ceweknya cakep ya, Bos Silva?” tanya Charlie368.
“Psst!” kata Andrade sambil menempatkan telunjuknya ke bibir, “Guys, pada nggak sadar ya, dari tadi??”

Andrade lalu menunjuk ke arah yang dari tadi dia lihat, ke arah meja seberang. Semua orang pun mengikuti petunjuk arah dari Andrade_Silva itu, dan saat itu terkejutlah mereka.

“Lho,…mereka kan…” kata Charlie368 tak percaya pengelihatannya.
Semua yang melihat pun tak percaya dengan pengelihatan mereka. Ada empat orang duduk di meja di seberang mereka itu, semuanya cewek, manis-manis lagi, dan jarak antara kedua meja hanya kurang dari 2 meter saja dan tak ada yang menghalangi.

“Candice Anggunadinata!” gumam Charlie368 sambil berbisik.
“Elvita Khairani…” gumam Janissary.
“Wah, si LS juga ada,” kata Mje.
“Lucia Saharui?” tanya Maman198, “ah, ngaco kamu!”
“Bukan LS yang itu! LS yang lain!” kata Mje lagi.
“Leonard Samosir?” tanya Maman198 lagi.
“Bukan, O’on! Lucky Savitri!” kata Mje dengan nada agak tinggi meskipun tetap lirih.
“Terus satunya siapa tuh, ya?” tanya Janissary, “rambutnya kriwil-kriwil gitu,”
“Mehulika Sitepu…” kata Andrade, “anjrit…deket banget lagi!”
“Psst! Kira-kira mereka tahu nggak, ya, kalau kita Brethren Court?” tanya Fixmanius.
“Kayaknya nggak deh, jij ngawur aja, mana mereka tahu,” kata Mje.
“Wah, gini mending eksekusi di tempat, Bos!” kata Charlie sambil mengeluarkan HP kamera-nya.
“Hooi! Jangan mencolok gitu dong!” kata Andrade, “sembunyi-sembunyi napa?”
“Gimana caranya, Bos?” tanya Charlie.
“Pura-pura aja motret Mje, padahal motret yang di belakangnya,” kata Andrade.
“Cuuapeek, deh!” keluh Mje, “jadi ik cuman jij-jij jadiin bumper doang??”
“Apa gunanya ada kamu, Mje,” kata Maman sembari bercanda.

Candice Anggunadinata mengenakan baju casual you-can-see sehingga membebaskan semua orang melihat postur torso bagian atasnya yang memang sexy (apalagi dengan ukuran dadanya yang membuat semua lelaki normal bisa panas dingin) dengan kulit yang seputih pualam. Mehulika, si sexy berambut ombak, memakai baju santai warna kuning cerah dengan hiasan bunga-bunga, pita warna-warni, dan renda di bagian leher, dan ujung lengan…ambooy manisnya! Elvita sendiri mengenakan baju kemeja biasa warna ungu dengan ornamentasi garis-garis payet ringan dan sebuah bros bunga mawar tersemat di dada kiri. Sedangkan Lucky Savitri…hmm,…koq memakai seragam MetroTV, ya? Jangan-jangan baru saja dari kerja langsung “hinggap” kemari.

“Ayo, Mje! Senyum dong!” kata Charlie sambil pura-pura memotret Mje.

Mje sendiri agak kurang begitu ikhlas, masa sih dia digunakan sebagai bumper dalam “pelampiasan hasrat” para lelaki ini?

“Gak keliatan. Bos!” bisik Charlie “kalau aku tinggiin lagi pasti ketahuan,”
“Makanya, Jij ini dasar aya-aya wae!” kata Mje.
“Tapi dapet?” tanya Andrade.
“Lumayan, Bos!” kata Charlie.
“Bos! Pake kamera laptop aja,” kata Maman, “tapi Bos yang eksekusi yah, soalnya sudutnya Bos kan paling jernih, tuh,”
“Oke deh, Man, bawa ke sini,” kata Andrade.
“Aduuh,…Cuaapeek deh,” keluh Mje sambil geleng-geleng kepala.

Dalam hati, Mje berharap semoga saja ada Ralph Tampubolon sekalian nangkring di sini, jadinya dia bisa ikut-ikutan gila seperti anggota Brethren Court yang lain. Kalau semacam ini sih…dia yang ngaplo sendirian!

“Nah! Ini dia, berkah Buka puasa, nih!” kata Charlie sambil melihat foto-foto hasil jepretan mereka. Charlie sendiri langsung memindahkan semua hasil foto dari HP-nya ke laptop Maman.
“Cakep-cakep, ya? Candice…ajiib bener,” kata Janissary sambil geleng-geleng kepala.
“Kamu ngeliatin ‘itu’-nya, ya, Jan?” tanya Andrade.
“Kayak kamu enggak aja, Ndre!” balas Janissary.
“Kalau buat aku sih, Candice itu matanya yang sexy,” kata Fixmanius.
“Wah, ini sih kata-katanya Aschu, ya?” tanya Maman, “coba kalau didot10 yang ngomong njawabnya pasti deh…”
“Aduh, Guys, please dong ah, belum buka nih!” protes Mje.
“Iya, Guys, kasian, si Mje ngaplo,” kata Andrade.

Semua orang pun tertawa kecuali Mje. Andrade melirik sepintas ke arah meja para reporter itu, dan ia melihat bahwa Lucky Savitri pun melirik ke arah mereka, sementara Candice dan Mehulika berbisik-bisik. Hmm, sepertinya mereka tahu nih, kalau lagi diomongin.

“Si Malika ini sexy juga, yah? Koq aku jarang ngeliat, ya?” tanya Charlie.
“Namanya Mehulika, Charlie,…dia itu reporter di Indonesia Now, wah, pasti kamu jarang liat, yah?” tanya Fixmanius, “ati-ati lho, dia udah di-cup ama The Great Andrade,”
“Lho, Bos, udah nyerah ya, ama si Lucia?” tanya Maman.
“Nggak lah, si Lucia tetep, cuman kalau buat si Bos sih, ya Lucia, ya Mehulika,” kata Fixmanius.
“Waduh, Bos jangan dua-duaan kayak gitu, dong!” protes Maman, “jangan-jangan si Gadiza Fauzi juga nih,”
“Emang,” balas Andrade.
“Waduh, si Bos ngajakin ribut nih!” kata Maman, “bukannya Bos sendiri bilang supaya si Gadiza jangan diutak-atik sama siapapun??”
“Iya, tapi Threadkeeper punya privilege, dong!” kata Andrade sambil bercanda, "hak Prima Noctes,"
“Huu! Dasar si Bos!” kata Maman.
“Hahahaha, kasian deh jij, Maman,…baru tahu ya kalau Andrade itu gak pernah pilih-pilih?” kata Mje, “dia itu paling tahuuu aja tiap kali ada daun muda, en asal ada anchor atau reporter, bahkan produser sekalipun, pasti disosor aja duluan…abis Frida, Gadiza, Lucia, Elvita juga, Mehulika juga, sampai-sampai Alice Budisatriyo juga!”

Pembicaraan terhenti, suara bedug maghrib terdengar dari radio yang memang diset oleh Pizza Hut agak keras supaya mereka yang berpuasa bisa mengetahui kapan waktunya berbuka. Bersamaan dengan itu pula, makanan pun datang, dan semua orang langsung saja mengalihkan pandangan pada makanannya dan dalam sekejap…nyam nyam nyam!

Andrade mengambil milk shakenya, dan ia melirik sejenak ke meja para reporter. Andrade lalu mengangkat gelasnya tanda memberi “salut”, dan dari seberang, Candice dan Mehulika membalasnya. Hmm, lalu Elvita dan Lucky kembali saling berbisik. Waduh,…jangan-janagn mulai ngerumpiin orang-orang ini kali.

Setelah itu, wah, Brethren Court rupanya lemah pada soal makanan enak, jadilah mereka menyikat makanan yang ada di hadapan mereka. Lagipula, bukankah Rasul sendiri bersabda untuk menyegerakan berbuka?

“Waduh, kenyang deh,…” kata Charlie sambil mengelus perutnya, “enak juga ya, buka puasa ditemenin reporter,”
“Pastinya,” kata Maman, “eh ya, daripada cuman gini-gini aja, gimana kalau kita samperin?”

Deg! Tiba-tiba semua di meja itu terdiam. Wah, untuk membicarakan para reporter ini, memang Brethren Court paling jago, tapi ketika sampai pada bagian untuk menghampiri dan mengajak ngobrol secara langsung, tiba-tiba semua orang mengkerut.

“Ya udah, samperin, sono!” kata Andrade.
“Wah,…enggak ah, malu,” kata Charlie, “gimana kalau Bos Andrade duluan?”
“Aku?” tanya Andrade, “kenapa Aku, kan aku cuma ‘mengantarkan ke depan pintu gerbang kemerdekaan’?”
“Kalau gitu sesepuh deh, bukain jalan,” kata Maman.
“Aiss! Sembarangan aja,” kata Janissary, “ogah ah,…gimana kalau Mje, aja??”
“Nei nei nei! Enggak lah, udah cukup ik kalian pake jadi bumper,” kata Mje, “yang jantan dong, ah! Samperin sono,”

Tapi wacana tinggal wacana, dan tidak ada dari mereka yang berani maju. Sementara itu, Andrade hanya berani bermain kontak mata dengan para reporter itu, dan salah satunya adalah Lucky Savitri. Entah, tapi sepertinya Andrade paling sering melihat ke arah Lucky, padahal ada Candice dan Mehulika yang sama-sama hot dan sexy. Sampai akhirnya, keempat reporter itu pun menyelesaikan makanan mereka, dan segera beranjak pergi. Para anggota Brethren Court pun menatap kepergian mereka dengan tatapan mata kecewa.

“Yah, penonton kecewa,” kata Maman.
“Mau gimana lagi,” kata Charlie.
“Guys! Kecian deh luu!” sindir Mje, “makanya, jangan cemen!”
“Udah, yang penting dapet fotonya, ntar kita aplot di Forum aja,” kata Andrade.
“Yo’i!” kata Janissary, “eh, kita udah selesai, kan? Bayar sono,”
“Oke, aku bayar,” kata Mje, “mana duitnya kumpulin!”

Semua orang segera mengumpulkan uang. Setelah itu, Mje pun meminta bon kepada waitress, dan segera membayarnya di kasir.

“Maaf, Mbak, tadi ada titipan dari yang ada di meja seberang,” kata kasir kepada Mje.
“Oh ya?” kata Mje, “makasih, ya!”

Mje pun menerima sebuah notes dari kasir. Hmm, dari siapa ya? Pasti dari para reporter itu. Soalnya Mje tahu bahwa para reporter itu mengetahui bahwa dirinya sedang dibicarakan.

“Udah?” tanya Andrade sesampainya di luar.
“Udah dong, Guys!” kata Mje, “eh ya, ada titipan nih, dari Candice dkk,”

Langsung saja para pria berebutan ingin melihat notes yang ditinggalkan oleh para reporter kesayangan mereka. Setelah dibuka, ternyata notes itu berbunyi seperti ini:

HAVE A GREAT MEAL, GUYS! TO BAD YOU WEREN’T COME HERE TO JOIN US.”

Semuanya pun menepuk dahi masing-masing begitu membaca notes ini.

“Aduuh!” kata Charlie, “coba ya dari kita tadi ada yang berani sedikit,”
“Ya udah, nasib emang,” kata Andrade, “eh ya, Guys, aku ke kamar kecil dulu, yah,”
“Oke, kita tunggu ntar di bioskop yah! Jam 8, kan?” kata Mje.
“Oke, deh!” kata Andrade.

Memang setelah buka puasa, Brethren Court hendak melanjutkan acara plesir mereka dengan menonton film. Andrade pun berpisah sejenak untuk “memenuhi panggilan alam”. Pada saat menuju ke ruang toilet itu, ia harus melewatis ebuah koridor sempit yang hanya cukup untuk perpapasan dua orang. Toilet cowok ada setelah toilet cewek. Dan pada saat itulah pintu toilet cewek terbuka, dan seseorang keluar dari sana. Andrade kaget, begitu pula dengan cewek itu…Voila! Itu Lucky Savitri, tampaknya baru saja mengganti seragamnya dengan pakaian kaus hitam yang lebih kasual. Andrade tak bisa mengelak, jadi…

“Oh, hai!” sapa Andrade memberanikan diri.
“Hohoho, yang tadi, yah,” kata Lucky dengan gaya tonguebiter-nya yang khas.
“Iya,” kata Andrade.
“Ngapain tadi pake sembunyi-sembunyi foto kita segala? Langsung aja kali, emangnya kita ini herder?” kata Lucky.
“Ahaha, nggak sih, cuman…yah,…gimana yah, takut aja,” kata Andrade, “eh ya, boleh kenalan?”
“Boleh aja,” kata Lucky Savitri sambil tersenyum, “kamu udah tahu nama aku, kan?”
“Iya, kamu Lucky Savitri, kan?” tanya Andrade.
“Yak, betul!” kata Lucky yang kemudian memberi senyuman “V”-nya yang khas, “nama kamu?”
“Ah, saya bukan orang terkenal,” kata Andrade, “I’m nobody,”
“Oke, nobody…” kata Lucky sambil tertawa.
Hmm, Lucky Savitri ini ternyata orangnya ramah juga, begitu pikir Andrade

“Eh ya, Lucky, boleh minta foto bareng?” tanya Andrade.
“Di daerah toilet sini?” tanya Lucky.
“Iya...mumpung ketemu lah,” kata Andrade.

Andrade lalu mengeluarkan HP kamera-nya, dan ia memotret dirinya sendiri bersama dengan Lucky Savitri. Lucky Savitri pun memberikan senyumannya yang amat khas kepada “penggemar rahasia”-nya ini. Beberapa jepretan dan, cukup.

“Sudah?” tanya Lucky.
“Sudah, terima kasih,” kata Andrade.
“Oke, kalau begitu aku pergi dulu yah, Mr. Nobody,” kata Lucky sambil tertawa kecil.
“Nanti fotonya aku kirimin via FS,” kata Andrade.
“Emang kamu tahu alamat FS-ku?” tanya Lucky.
“Iya lah, tahu,…aku kan salah satu friend kamu di FS,” kata Andrade, “ah, masa kamu lupa, sih?”

Saat itu juga Lucky kaget setengah mati. Apa?? Teman di FS?? Lupa? Apa jangan-jangan…

“Tunggu! Kamu siapa??” tanya Lucky menyelidik.
Nice to finally meet you at last, Ms. Lucky!” kata Andrade, “Slann go foil!”
“Tunggu!!” kata Lucky.

Lucky berusaha mengejar tapi Andrade langsung masuk ke dalam toilet cowok. Pada saat yang sama, HP Lucky juga berbunyi,..teman-temannya sudah menunggu.


THE BRETHREN COURT
***FIN***

Next on The Brethren Court:

Perburuan Don Nicho mencari sosok Zelda Savitri yang misterius, dapatkah Don Nicho mendapatkannya?

Jhariman mendapatkan undangan makan malam, tapi kenapa dia menolak memenuhinya?

Andrade_Silva dan ShadowX bergabung dalam misi mencari seseorang yang mirip dengan Lucia Saharui, betulkah apa yang dilihat oleh Andrade itu? Lalu siapakah orang itu?

Lalu, Maman198 mendapatkan kejutan ketika mengikuti Les Bahasa Mandarin. Apakah itu?

Jangan lewatkan di episode-episode berikutnya dari “Brethren Court: The Series”!

Kamis, 27 September 2007

Cerita #1

Ini adalah cerita dengan menggunakan tokoh-tokoh dari “The Brethren Court” sebagai pemeran utamanya dengan selingan anchor-anchor sebagai pemanis. Cerita ini adalah fiksi belaka, dan dengan begitu tidak bisa dikaitkan dengan kenyataan. Kepada anchor-anchor yang bersangkutan, apabila kurang berkenan di hati, penulis mohon maaf.
===============================================

THE BRETHREN COURT
TAMU TAK TERDUGA


FIXMANIUS

Fixmanius baru saja pulang dari warnet untuk mengunjungi situs Webgaul yang biasa di tongkrongin bersama teman-teman satu network. Argh,…pusing sekali. Baru saja Andrade_Silva yang agak rewel kembali memintanya untuk merekam kembali Lucia Saharui waktu membawakan Headline News. Tidak tanggung-tanggung, kali ini bukan hanya capture-an foto, tapi juga keseluruhan Headline News! Aduh…padahal terakhir kali dia melakukannya, ukuran file-nya sendiri tidak kurang dari 27 MB, dan Andrade sering mengeluh kalau dia membutuhkan waktu lebih dari 3 jam untuk men-download file itu.

Dormitory milik Fixy, begitu dia biasa dipanggil, terletak di pinggir jalan, agak dekat dengan jalan utama. Sedikit keuntungan, karena kendaraan umum gampang didapat buat dia bolak-balik kampus ke dormitory vice versa. Kerugiannya? Panas dan bising! Padahal kota Bandung ini seharusnya dingin, tapi Fixy masih lebih suka duduk di kamar sambil menyalakan kipas angin sekencang-kencangnya. Hari ini Jhariman telah berbaik hati meng-upload gambar-gambar dari Chantal della Concetta, kesayangannya, dan lumayan lah, buat nambah koleksi di PC. Ia berencana membuat wallpaper baru dari gambar-gambar Chantal tersebut, sebagai penghias desktop PC, sehingga dia pun lebih bersemangat dalam membuat tugas. Oh yeah…

Jam sudah menunjukkan pukul 02.10 siang ketika dia pulang. Headline News sudah lewat, sial! Padahal tadi si Janissary bilang kalau yang jaga adalah Frida Lidwina. Ah, sudahlah, tak apa. Frida mungkin masih akan muncul di Bisnis Hari Ini jam 3 nanti. Atau…kalau bukan pasti Kania. Sambil menunggu jam itu terjadi, Fixy pun memejamkan matanya dan tidur.

Saat itulah Fixy terbangun. Seseorang memencet bel-nya berkali-kali, mungkin dengan nada distress. Fixy mengusap-usap matanya ketika dia melihat jam…huah, baru jam 02.45, siapa pula siang-siang berani mengganggu ketentraman tidurnya? Fixy pun menuju ke pintu depan sambil menggerutu. Hampir saja dia menumpahkan kekesalannya ketika dia membuka pintu depan, dan saat itu terkejutlah dia.
“Permisi!” kata seorang wanita dengan ramah.

Fixy hampir saja terpaku melongo. Wanita itu, berwajah bulat, dengan rambut bob yang di-highlight, dan senyum yang menawan yang sangat khas. Fixy hampir tak percaya siapa yang ada di depannya: Kania Sutisnawinata!!!

“Boleh minta tolong?” tanya Kania dengan ramah.

Fixy tidak menjawab, hanya melongo saja. Kania pun menatap Fixy dengan heran, tatapan matanya lembut sekali, dan Kania pun mengibas-ngibaskan tangannya di depan Fizy, memastikan bahwa yang diajak bicara masih sadar.
“Halo??” tanya Kania, “ada orang??”
Saat itulah Fixy baru tersadar dan agak gelagepan sejenak sebelum akhirnya dia berhasil menguasai dirinya sendiri.
“Oh ya…maaf…ada apa, ya?” tanya Fixy.
“Ah, syukurlah, akhirnya,” kata Kania lega. Tadinya dia kira orang ini bakalan tidak sadar sampai nanti.
“Maaf, anda ini Kania Sutisnawinata, kah??” tanya Fixy.
“Iya, Mas, koq tahu, sih?” jawab Kania sambil tersenyum.

Tentu saja tahu, kamu kan anchor favoritku…aduh!!” begitu pikir Fixy dalam hati.

“Euh, Mbak Kania, ada apa, ya?” tanya Fixy, berusaha untuk bersikap biasa, meskipun dalam hatinya sendiri dia melonjak-lonjak kegirangan.
“Eh, iya, mesin mobil saya rusak, bisa kasi tahu nggak, ada bengkel dekat sini?” tanya Kania.

Bengkel? Waduh, bengkel motor ada lah, pasti, nggak begitu jauh. Tapi kalau mobil?? Fixy sendiri tak tahu, tapi dia akan berusaha mencari tahu.

“Waduh, saya sendiri agak nggak jelas, Mbak,” kata Fixy.
“Oh, gitu, ya?” tanya Kania, “eh, kalau begitu, bisa pinjam telepon, tidak?”
“Oh, bisa…bisa,” kata Fixy yang lalu segera mempersilakan Kania masuk ke dalam.

Fixy menunjukkan letak teleponnya, dan Kania pun mengucap terima kasih sambil menuju ke telepon itu. Ah, astaga, ketika dia melewati Fixy, bau parfumnya tercium menyegarkan, dan secara tidak sadar, ia pun makin terpesona dengan Kania.

Dormitory itu sebenarnya lebih mirip sebuah kontrakan. Tadinya Fixy menyewanya bersama dengan 2 orang teman, tapi saat ini mereka sedang keluar, dan baru akan kembali besok pagi. Jadi deh, Fixy sendiri di sini, dan saat itu tiba-tiba ia bertemu dengan Kania Sutisnawinata, anchor yang juga diidolakannya selama ini.

Fixy lalu masuk ke dalam, mendekati Kania yang tengah menelepon. Mungkin untuk mengawasi berapa lama Kania memakai telepon, atau mungkin juga ia hanya ingin melihat Kania dengan lebih dekat lagi.
“Jadi nggak bisa yah, Pak?” tanya Kania di telepon, “Oo…baru bisanya besok?”
Oh, mungkin Kania sedang menelepon bengkel.
“Ya sudah deh, Pak, saya tunggu besok,” kata Kania, “eh, sebentar…”
Kania lalu mengesampingkan gagang teleponnya, lalu dia berbicara pada Fixy setengah berbisik.
“Mas, sini alamatnya di mana??” tanya Kania.
“Oh ya ya…” kata Fixy gelagepan kembali.

Fixy pun lalu memberikan alamat dormitory itu kepada Kania, yang langsung diberikan kepada orang bengkel itu. Setelah semua oke, Kania pun menutup teleponnya.
“Mobil dereknya nggak mau ke sini sore ini, Mas,” keluh Kania, “baru mau besok pagi,”
“Ooh,…” gumam Fixy.

Wah, kebetulan…” begitu pikir Fixy.

“Ada penginapan nggak ya, deket sini?” tanya Kania.
“Waduh, penginapan nggak ada, Mbak, ada juga jauh di sono, kudu naik kendaraan,” kata Fixy, “di sini nggak ada kendaraan tapi,”
“Iya ya…” keluh Kania, “lagipula kalau aku pergi trus ini mobil yang jaga siapa?”
“Biar saya saja Mbak, yang jaga,” kata Fixy.
“Ah, nggak enak ah, ngerepotin Mas, nanti,…oh ya, namanya siapa?” tanya Kania.
“Oh, saya Fixmanius, panggil saja Fixy,” kata Fixy.
“Kania,” kata Kania sambil tersenyum.

Maka Fixy dan Kania pun bersalaman, dan ketka itu jantung Fixy bergetar, karena tangan Kania amatlah halus, mungkin lebih halus daripada tangan teman cewek manapun yang pernah Fixy kenal. Apalagi Kania juga tersenyum dengan amat manis, membuat Fixy panas dingin; andai saja tidak dikuat-kuatkan, maka mungkin Fixy saat ini sudah pingsan.

“Eh, Mas, boleh minta tolong, nggak? Tapi ini mungkin agak malu-maluin, sih,” kata Kania.
“Apa aja, Mbak, selama saya bisa bantu,” kata Fixy bersemangat.
“Boleh nggak ya, saya nginep di sini?” tanya Kania, “sekalian ngawasin mobil, soalnya di mobil banyak barang-barang berharga,”

Tiba-tiba saja jantung Fixy seolah berhenti berdetak. Astaga, Ya Tuhan, seorang Kania Sutisnawinata?? Menginap di tempat ini?? Oh boy…damn! Wajah Fixy terlihat terbelalak seolah tidak percaya dengan pendengarannya.

“Ngerepotin, ya??” tanya Kania agak cemas.
“Oh nggak nggak,…silakan aja, Mbak!” kata Fixy dengan amat gembira, “kebetulan saya juga malem ini lagi sendirian, soalnya temen baru pada keluar ampe besok,”
“Wah, bagus, dong,” kata Kania sambil tersenyum.
“Lho, memangnya nggak kerja, Mbak?” tanya Fixy.
“Siapa? Saya, toh? Oh, nggak, saya nggak ada jadwal; baru besok ada Acara Liputan di kampus; kamu kuliah juga?” tanya Kania.
“Iya!” jawab Fixy.
“Wah, berarti besok bisa dong sejalan,” kata Kania sambil tertawa renyah.

Fixy pun ikut-ikutan tertawa sambil hatinya girang bukan kepalang. Anchor kesayangannya? Kania Sutisnawinata? Bakal menginap di sini??? Alamak, mimpi apa dia semalam?? Lagipula berarti malam ini hanya ada Fixy dan Kania sendirian di sini…wah…pikiran nakal mulai jalan nih.

“Mas, saya numpang mandi, boleh?” tanya Kania membuyarkan lamunan Fixy.
“Oh iya, silakan, Mbak, kamar mandinya di belakang,” kata Fixy sambil menunjuk ke sebuah gang.
“Makasih, saya mau ambil pakaian ganti dulu,” kata Kania.

Fixy hanya melongo saja ketika Kania berjalan keluar rumah, ke mobilnya yang tengah teronggok rusak, lalu mengambil sebuah tas pakaian. Tidak berat-berat sepertinya tas itu. Dari dalam tas itu, Kania mengeluarkan seperangkat peralatan mandi, juga pakaian ganti. Kania langsung saja berjalan ke kamar mandi seolah-olah ini adalah rumahnya sendiri, tanpa terlalu sungkan.

Fixy pun kali ini kebingungan. Astaga…seorang Kania Sutisnawinata! Apa yang harus dia lakukan terhadap orang ini?? Orang satu thread pasti tak akan percaya dengan hal ini. Kania saat ini tengah mandi…hmm…kembali pikiran nakal bergerilya dalam batin Fixy. Kenapa tidak diambil saja gambar Kania pas sedang mandi? Lumayan kan, buat koleksi? Atau malah bisa di-upload di situs Multiply milik The Brethren Court yang pastinya aman dari “tangan-tangan jahil”. Astaga…tidak-tidak, itu dosa!

Lama sekali Fixy merenung sehingga tak sadar kalau Kania sudah selesai mandi dan kini berdiri di dekatnya.

“Lho, koq ngalamun?” tanya Kania.
“Oh, enggak, enggak koq,” kata Fixy mengelak.

Kania sudah berganti pakaian, kali ini ia memakai pakaian santai lengan panjang dan casual, meskipun begitu, ia tetap terlihat anggun.

“Nanti saya tidur di mana, ya?” tanya Kania lagi.
“Oh, anu, tidur di kamar saya saja,” kata Fixy cepat.

Iya, kamar Fixy berada di depan dan ada sebuah jendela besar yang menghadap ke luar, sehingga dari sana Kania bisa dengan leluasa mengamati mobilnya yang “teronggok” di depan. Sebenarnya ada kamar lain, milik temannya, tapi kamar Fixy adalah yang paling rapi, lagipula Fixy tidak rela kalau Kania sampai harus tidur di kamar lain selain kamarnya. Lagipula, toh dia bisa tidur di manapun.

“Kalau gitu, permisi, ya,” kata Kania.

Kania lalu meletakkan tasnya di kamar Fixy. Fixy sebelumnya permisi sebentar untuk mengambil pakaian ganti, dan ia sendiri ikut mandi, meskipun hati ini dag-dig-dug tidak karuan. Astaga…astaga…tak henti-hentinya Fixy berucap. Apakah ini anugerah ataukah musibah? Lingkungan di sini super cuek. Orang sepertinya tak akan peduli kalau ada wanita menginap di rumah kos pria atau sebaliknya. Ia sendiri sering melihat rumah kost tetangganya berkali-kali memasukkan “pejantan” ke dalamnya, dan Fixy membencinya. Akan tetapi masalahnya kini lain, ini Kania.

Hari pun menjadi gelap, dan Kania masih ada di sana. Satu-satunya hiburan di sini adalah TV Tuner dalam komputer Fixy. Tidak ada TV permanen di sini. Sayang sekali, karena tetek bengek PC-nya agak berat, maka Fixy tidak sempat memindahkan komputernya ke luar. Jadinya yah, dia menonton TV Tuner itu di kamar bersama Kania. Seperti biasa, saluran di–set ke MetroTV. Kania tampak tersenyum melihatnya, dan malam ini Kania terlihat amat cantik sekali walaupun tanpa make-up, jauh lebih cantik daripada yang biasa Fixy lihat di TV.

“Suka lihat Metro, yah?” tanya Kania pada Fixy.
“Iya, Mbak,” kata Fixy.
“Favoritnya sapah?” tanya Kania lagi.
“Mmm…Mbak Chantal,” kata Fixy tidak ragu-ragu.
“Oh, pantesan,” kata Kania.
“Pantesan apa, Mbak?” tanya Fixy.
“Pantesan ada fotonya Chantal di mousepad-nya,” kata Kania.

Fixy kaget dan dengan gugup dia berusaha menutupi foto Chantal itu. Kania hanya tertawa saja melihatnya. Geli sekali tampaknya ia melihat tingkah Fixy yang lugu.

“Tapi kan Chantal udah keluar dari Metro,” kata Kania lagi.
“Iya,…sayang yah,” kata Fixy.
“Setelah Chantal di Metro kamu suka siapa lagi?” tanya Kania setengah memancing.

Fixy lalu melihat ke arah Kania. Pandangan matanya tampak agak tajam tapi takut-takut, dan Kania pun menanggapinya dengan pandangan mata yang teduh, seperti seorang kakak yang hendak mendengarkan curhat dari adiknya.

“Mbak Kania,” jawab Fixy polos.
“Alaa, bo’ong kamu,” kata Kania sambil tertawa, “mentang-mentang aku ada di sini, yah?”
“Bener, Mbak, suer!” kata Fixy sambil mengacungkan dua jarinya membentuk “V”.

Kania hanya tersenyum saja mendengarnya. Ia terlihat amat manis, sekali…benar-benar seperti seorang dewi.

“Fix, shalat Maghrib, yuk, kamu imam, ya,” ajak Kania lagi.

Ooh…sekarang Fixy akan mengimami Kania Sutisnawinata shalat maghrib…Ya Tuhan, kalau ini mimpi, maka Fixy tak mau bangun. Mereka berdua pun segera berwudhlu dan bersiap-siap. Kania tampak amat sangat cantik ketika memakai Mukena, dan Fixy pun mengimami shalat maghrib dengan jantung yang masih berdetak kencang. Apalagi ketika selesai Shalat, Kania bersalaman dan mencium tangannya. Halus, hangat, ini lebih tidak nyata dari sebuah mimpi.

Waktu pun berlalu, dan malam semakin larut. Tidak ada makan malam, maka Fixy hanya membuatkan Kania sebungkus mie instan. Mereka pun makan dengan lahapnya. Fixy sekarang serasa terbang ke langit ketujuh. Ia benar-benar tengah merasakan sebuah mukjizat yang amat sangat indah. Sayangnya, HP Fixy berbunyi dan…

“Sekarang!!??” tanya Fixy kaget.

Rupanya seorang teman Fixy meneleponnya, meminta Fixy untuk membantunya mengerjakan sebuah tugas kuliah. Antara setuju dan tidak, bagaimanapun, itu tugas kelompok, dan Fixy adalah salah satu anggotanya, tapi meninggalkan Kania sendirian di sini??? Aduh, Fixy bingung. Bagaimanapun, Fixy ingat kalau pelajaran lebih penting.

“Mbak Kania, aku pergi sebentar, ya,” kata Fixy.
“Mau ke mana, Fix?” tanya Kania.
“Mau ngerjakan tugas kelompok, temen mintanya mendadak, koq,” kata Fixy.
“Oh ya, gak papa, saya soalnya juga njagain mobil,” kata Kania.
“Nanti Mbak Kania kalau ngantuk kunci saja pintu depannya, saya bawa kunci cadangan, koq,” kata Fixy.
“Oke,” jawab Kania.

Dengan amat sangat menggerutu, Fixy pun berganti baju dan berangkat ke rumah temannya yang sialan dan mengganggu kesenangannya malam ini bersama dengan Kania.

Fixy pulang ke rumah sudah agak larut, sekitar jam 11 malam. Untung dia bawa kunci cadangan, karena Kania rupanya mengunci pintunya. Fixy masuk rumah dengan agak heran. Rumah yang tadinya berantakan kini sudah rapi. Kania-kah yang melakukan semua ini? Ia pun menghempaskan tubuhnya ke atas karpet di ruang umum. Bajunya sudah mulai lengket, dan tanpa sadar, ia masuk ke kamarnya untuk mengambil baju ganti, dan setelah Fixy melepas bajunya, ia baru menyadari sesuatu.

Fixy kaget, ada seseorang di tempat tidurnya. Kamar Fixy menggunakan lampu tidur yang masih agak terang, sehingga Fixy bisa melihat siapa yang ada di sana. Itu adalah Kania! Ah, yah ia ingat kalau Kania memakai kamarnya untuk tidur. Kania tengah tertidur, miring, dan…oh, dia mengenakan sebuah kaus you-can-see warna kelabu dengan celana pendek warna pink. Darah muda Fixy pun berdesir, dan tanpa sadar ia pun mulai menelan ludah melihat anchor kesayangannya tertidur pulas.

Dalam keterpanaannya, Fixy meraih-raih sesuatu di dekat komputernya dan tangannya menangkap…sebuah kamera digital. Ah, betul, ambil saja gambarnya, kapan lagi ada kesempatan? Sambil menahan nafas, ia pun tanpa sadar mengambil gambar Kania yang tengah tidur itu. Kania terlihat begitu lembut, begitu polos, nyaris seperti bayi, dan pada saat tidur ini Fixy bisa melihat seolah seluruh aura kecantikan Kania pada keluar semua.

Fixy selesai mengambil gambar terakhir dengan sebuah tegukan ludah, dan kini di dalam benaknya ada sebah pertentangan. Suara setan dalam hatinya menyuruh seperti ini: “Ayo Fixy! Eksekusi saja dia di tempat, kapan lagi kamu bisa merasakan tubuh seorang anchor, apalagi ini anchor favoritmu!”. Tapi baru saja tangan Fixy hendak maju, suara malaikat berbunyi: “Jangan! Ingat, dia anchor favoritmu! Kamu tidak boleh merusak dia!”.

Fixy pusing ketika dua suara makin berkecamuk dan berperang tidak jelas. Hampir saja dia berteriak kalau tidak ingat bahwa Kania tengah tidur. Fixy kemudian menatap dalam-dalam Kania yang terlihat amat cantik, amat anggun, amat polos, dan juga amat sexy ini. Tubuhnya terlihat amat menggairahkan, apalagi wajahnya amat sangat manis. Ooh…Fixy tidak tahan!! Ia pun lalu mendekati Kania yang tengah tidur. Kepalanya didekatkan ke Kania, dan ah…bau parfum itu, wangi menggoda. Kania mendengkur halus dan sesekali melenguh perlahan. Fixy sudah tidak tahan lagi, dia akhirnya menurunkan kepalanya dan…

Cup!…”

Fixy menarik nafas lega. Sebuah kecupan yang hangat ia berikan di kening Kania, dan Kania pun seolah tampak tersenyum. Fixy menjauhkan diri kembali. Yah, cukup sebuah kecupan saja…Fixy kemudian membelai perlahan rambut Kania dengan amat lembut selembut yang ia bisa, lalu ia segera beringsut keluar dari kamar sambil sebelumnya membisikkan “selamat malam, selamat tidur,” dengan amat lembut kepada Kania.

“Fixy, bangun!” kata Kania.

Oh, akhirnya Fixy terbangun. Rupanya sudah pagi. Ia melihat Kania berdiri di dekatnya sambil tersenyum hangat. Kania sudah tidak lagi memakai gaun malamnya yang tipis itu, melainkan berganti kembali dengan baju casual. Ia samar-samar juga mencium bau mie. Kania memasak makanan pagi untuknya?

“Fixy, sarapan, yuk,” ajak Kania.

Fixy lalu berjalan dengan gontai ke meja makan. Dua mangkuk mie instan ada di sana. Cucian piring kotor juga sudah menghilang, sepertinya Kania tadi pagi sudah membereskan semuanya.

“Mobil dereknya bakal datang pagi ini,” kata Kania, “aku cuman mau ngucapin makasih udah mau nampung aku di sini,”

Fixy pun tersipu malu, dan Kania untuk kesekian kalinya tersenyum manis kepadanya. Bagaimanapun, ada hal yang masih mengganggu pikirannya.

“Mbak Kania, boleh nanya?” tanya Fixy.
“Silakan,” kata Kania.
“Ini kan rumah dormitory cowok, koq Mbak Kania mau sih, nginep di sini? Nggak takut apa?” tanya Fixy.

Kania hanya tersenyum, yah, ia kembali tersenyum dengan senyumnya yang membuat Fixy amat sangat mabuk kepayang.

“Karena…pas pertama aku liat kamu, aku udah yakin kalau kamu itu orangnya baik dan bisa dipercaya,” kata Kania, “dan ternyata aku benar, kan?”

Kania tersenyum dengan amat ramah, dan Fixy pun membalasnya. Kembali kali ini Kania yang mencuci piring, sehingga Fixy merasa tak enak hati. Akan tetapi Kania hanya mengatakan: “Anggap saja ini bayaranku karena kamu udah ngizinin aku nginep di sini,”. Setengah jam kemudian, mobil derek pun datang, dan Kania mengucapkan selamat berpisah pada Fixy. Fixy pun kembali lesu. Ah…kemarin betul-betul bagai mimpi, dan kini sudah berlalu.

Fixy lalu mengirim SMS kepada Andrade_Silva setelah itu.

Mate, I don’t know whether you’ll believe it or not, but last night, Kania stay over night in my dorm,” kata Fixy.

Di SMS, Fixy dan Andrade selalu berbicara dalam bahasa Inggris.

Ye’re not joking, right?” balas Andrade.
No, I’m not. She’s really staying in my room,”
Well, ye got something from her?”
Hell yeah, I take pics of her while sleeping with her semi-transparent night gown,”

Andrade tampak terdiam lama sekali dan tidak menjawab sebelum akhirnya.

Normally, I’ll ask you to post those at forum, but Kania is yer fave, right?”

Fixy hanya menarik nafas panjang.

Yeah, ye’re right, I’ll delete those pics,”
Good choice,…but, send me the pics before ye delete it, will ye? I promise I won’t share it to anybody else,”
Hahaha, I know you won’t do that, Lol. Sure, I’ll send those via your mail,”
God bless ye, Fixmanius, ye’re trully a lucky chap!”

Siangnya, Fixy berada di kampusnya yang ramai, duduk menunggu kendaraan umum bersama kedua orang roommate-nya. Kedua teman Fixy itu tertawa tergelak-gelak mendengar cerita Fixy.

“Ah, mimpi kamu!” kata si Adul, teman Fixy.
“Beneran, koq!” sergah Fixy.
“Mana buktinya!?” tanya si Badri sambil tertawa melecehkan.

Hampir saja Fixy mengeluarkan kamera digitalnya kalau dia tidak ingat apa kata Andrade tadi, maka ia pun menarik nafas panjang sambil memasukkan kembali kameranya.

“Ahahahaha! Pembohong, loe!” ejek si Adul dan si Badri bersamaan.

Fixy jengkel sekali dibilang pembohong, tapi tidak masalah. Dia melakukannya demi Kania. Tiba-tiba…

“Fixmanius!!” seseorang memanggilnya.

Fixy menoleh dan tiba-tiba tampaklah olehnya Kania Sutisnawinata! Dan ia tengah tersenyum manis kepadanya. Mobilnya sudah baik kembali, dan kini Kania tengah memakai baju blazer merah yang amat anggun. Fixy segera berlari mendekati Kania.

“Mbak Kania!” balas Fixy yang tiba-tiba saja hatinya kembali berbunga-bunga.
“Butuh tumpangan pulang?” tanya Kania sambil tersenyum.
“Boleh!” kata Fixy girang, karena dia bisa bertemu Kania lagi.

Fixy melirik ke belakang, dan tampaklah si Adul dan si Badri yang tidak percaya dengan pengelihatan mereka. Fixy lalu melihat ke arah Kania, dan Kania pun paham apa maksudnya.

“Kamu mau buat mereka cemburu?” tanya Kania dengan pandangan mata nakal.
“Boleh,” kata Fixy.

Kania tersenyum, lalu ia memberikan sebuah kecupan hangat di pipi Fixy, sambil berbisik:
“Balasan buat tadi malam,”

Fixy terkejut, rupanya Kania mengetahuinya.

“Ayo naik, bengong aja,” kata Kania sambil tersenyum.
“Oke!” kata Fixy girang.

Fixy pun segera naik mobil bersama dengan Kania, dan mobil Kania segera melesat kencang meninggalkan si Adul dan si Badri yang masih melongo keheranan. Dan Fixmanius tersenyum dengan penuh kemenangan.

THE BRETHREN COURT
***FIN***

Next on The Brethren Court:

Andrade_Silva dan ShadowX bergabung dalam misi mencari seseorang yang mirip dengan Lucia Saharui, betulkah apa yang dilihat oleh Andrade itu? Lalu siapakah orang itu?

Ketika Mje, Charlie368, Maman198, Fixmanius, Janissary, dan Andrade_Silva mengadakan acara buka puasa bersama di restoran Pizza Hut, mereka menemukan bahwa meja mereka bersebelahan dengan meja yang diisi oleh reporter-reporter MetroTV. Apa yang akan mereka lakukan?

Perburuan Don Nicho mencari sosok Zelda Savitri yang misterius, dapatkah Don Nicho mendapatkannya?

Lalu, siapakah yang ditemui oleh Aschu dalam perjalanan mudiknya?
Jangan lewatkan di episode-episode berikutnya dari “Brethren Court: The Series”!